Wednesday, December 16, 2015

ISI PRESENTASI SEPUTAR AUTISME

PENGERTIAN AUTISME
Autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang kebanyakan diakibatkan oleh faktor hereditas (keturunan) dan dapat dideteksi sejak usia 6 bulan

Salah satu dari lima jenis gangguan perkembangan pervasive

Autisme bukan penyakit kejiwaan karena autisme merupakan penyakit yang menyerang otak.
Gejala-gejala autisme dapat dilihat dari ketidakberesan seorang anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku, dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

SEJARAH SINGKAT MENGENAI AUTISME

Penelitian mengenai autisme pertama kali diprakarsai oleh psikiater asal AS bernama Leo Kanner pada tahun 1943. Anak-anak penderita autisme dianggap sebagai anak yang bodoh dan terbelakang bukan dianggap sebagai anak dengan gangguan perkembangan. Melalui makalah risetnya yang berjudul "Autistic Disturbances of Affective Contact", Kanner mendiagnosis 11 orang anak positif mengidap autis



       Rimland (1964): Meneliti karakteristik orang tua yang memiliki anak dengan autisme, seperti: pekerja keras, pintar, obsesif, rutin dan detail. Ia juga meneliti penyebab autisme yang menurutnya mengarah pada faktor biologis.
       Bettelheim (1967): Ide penyebab autisme adalah adanya penolakan dari orang tua. Infantile Autism disebabkan harapan orang tua untuk tidak memiliki anak, karena pada saat itu psikoterapi yang sangat berpengaruh, maka ia menginstitusionalkan 46 anak dengan autistime untuk keluar dari stress berat.



Penyebab Autisme



      Belum diketahui secara pasti penyebab autis
      Ahli medis memberikan hipotesis berupa:
      1. Faktor genetik: kemungkinan dua anak kembar identik mengalami autisme adalah 60 hingga 95 persen sedangkan kemungkinan untuk dua saudara kandung mengalami autisme hanyalah 2,5 hingga 8,5 persen.
      2. Faktor lingkungan: karena vaksin yang mengandung zat kimia bernama thimerosal (merkuri)

Ciri- ciri anak pengidap autis


      Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.
      Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
      Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.
      Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.
      Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu
      Tidak atau sulit mengetahui dan mengingat namanya sendiri dan nama orang tuanya 





 


Gejala yang terjadi pada anak autis sejak dini

      Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan
      Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam) hingga usia 12 bulan
      Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
      Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan
      Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu





Jumlah pengidap autis

      Di Indonesia, pada tahun 2013 diperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak yang menderita autisme dalam usia 5-19 tahun

      Di AS, kelainan autisme empat kali lebih sering ditemukan pada anak lelaki dibandingkan anak perempuan dan lebih sering banyak diderita anak-anak keturunan Eropa Amerika dibandingkan yang lainnya




Metode penanganan anak autis



1. Okupasi Terapi (Occupational Therapy):
Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan.
Terapi Okupasi Tidak Perlu Mahal (Misalnya, Jepitan Jemuran Baju dikombinasikan dengan Mistar Penggaris)


Terapi Okupasi






      2. Terapi Wicara
      Suatu bentuk pelayanan terapi yang diberikan kepada seseorang yang mengalami gangguan komunikasi verbal.
      Indikasi Adanya Permasalahan pada Fondasi Keterampilan Oral Motor:
      Keluarnya air liur berlebihan
      Pengucapan yang tidak jelas
      Makanan pilihan yang terbatas
      Kebiasaan makan yang berantakan
      Kondisi mulut yang selalu terbuka


Terapi Wicara


      3. Terapi perilaku
      Untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan.
      Tujuan penanganan ini terutama adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan.
      prinsip dasar terapi ini dapat dijabarkan sebagai A-B-C; yakni A (antecedent) yang diikuti dengan B (behavior) dan diikuti dengan C (consequence)



      A (Antecedent): hal yang mendahului terjadinya perilaku berupa instruksi yang diberikan oleh seseorang kepada anak autis
      B (behavior): autis kemudian memahami Behavior (perilaku) apa yang diharapkan dilakukan olehnya sesudah instruksi tersebut diberikan
      C (Consequence): konsekuensi perilaku, atau kadang berupa imbalan yang menyenangkan tidak ada hukuman.





3 foto di atas menunjukkan terapi perilaku




No comments:

Post a Comment